Retak Pikiran

Aku terus mendengar suaranya memangil.

Kemanapun aku pergi bayang bayang itu menghantuiku.

Semangat ini mulai redup bersama kenangannya.

Demam kembali menggorogoti kesendirianku.

Aku hampa, Aku terluka.

Aku terpuruk dalam asmara.

Aku Terpojok  dalam ruang hampa.
Perlahan Indra ini termakan sang dewi cinta.

Hilang terbawa sang  pemilik waktu.

Aku tak mampu, sungguh terjatuh.

Jika ada harapan mungkin tak seindah dulu.

Luka terus merelung hati,

menyentu rasa mengusik jiwa.

Derap langka terus terpaju menyusur lorong hitam putih.

Ku tahu bahwa waktu bergulir bagaikan sungai di hutan belantara Papua.

Pulih hati ini berharap merangkak pergi namun apalah daya ini.

Terlanjur sayang,  terbawa hitam manisnya gadis lembah.

Mahkota daun berguguran mantra syadu bergemung.

Mentari terbangun dari gelapnya malam.

Kendati kau telah berpaling pergi untuk selamanya.

Sajak puisi diatas coretan kertas terus mewarnai hariku.

sunyi membujuk tangis  tanpa suara mengelus lukai dibingkai dada.

Membeku!

I don’t wanna talk about it, how you broke my heart. (Rod Stewart)